Uhuk.. uhuk.. uhuk... terdengar batuk yang tak kunjung berhenti, sesekali air liur keluar bersamaan dengan suara batuknya, namun tak terhiraukan oleh siapapun, bahkan orang-orang yang berada didekatnya.
Ya Rabb... ia sedang sakit, apakah tak terasa olehnya? wajahnyapun tampak pucat, dimana orang tuamu nak?
Dalam udara dingin sehabis hujan seperti ini, seharusnya kau ada di rumah nak, tidak di kolong jembatan berbalut asap dan bisingnya kendaraan...
Ya Haafidz...
Lindungi mereka...
Batuk masih saja terdengar, meski kendaraan yang saya tumpangi semakin menjauh dan akhirnya batuk sang gadis cilik menghilang tertelan klakson dan suara deru kendaraan.
Rabbi...
Perempuan mana yang tega melihat seorang anak berada di pinggir jalan dalam dingin seperti ini?, siapapun mungkin tak akan tega melihatnya, apalagi jika mendengar batuknya.
Tapi hal ini sepertinya bukanlah pemandangan aneh di negeri tercinta ini, bukan sekali ini saya dengar, bukan sekali ini pula saya melihatnya, tapi inilah pemandangan yang sangat tidak ingin saya melihatnya.
Ingin saya menjadi ibu untuk mereka? sebagaimana saya menjadi ibu bagi murid-murid saya... Gadis cilik itu butuh seorang yang dapat mengelus dadanya untuk meredakan batuk, memberinya minum dan obat untuk menghilangkan sakit, dan memeluknya untuk memberinya kenyamanan.
Ya Rahmaan...
Anugerahkan yang terbaik untuknya...
Maaf nak,
saya belum bisa berbuat apa-apa saat ini untuk kamu...
Maafin saya duhai gadis cilik nan jelita...
Semoga Allah akan menjagamu dengan kekuatanNya...
Aamiin...
Ketika malam datang mencekam
kulihat si alif kecil yang malang
duduk tengadah kelangit yang kelam
meratapi nasib diri
Kilat menyambar, hujanpun turun
semakin basah hatinya yang resah
kapankah semua ini kan berakhir
di jalanan penuh duri
Ya Allah... Tunjukkan jalanmu
pada si alif kecil
agar ia dapat menahan cobaan dan rintangan
yang datang menghadang
Ya Allah...
kuatkan hati pada si Alif kecil
Sekolah kehidupan ini memiliki begitu banyak guru yang mengajarkan berbagai pelajaran hidup. Sebuah pembelajaran yang tak pernah mengenal kata akhir sampai "saatnya tiba",bagi orang-orang yang membuka hati untuk mengambil pelajaran dari setiap episode perjalanan hidupnya
Selasa, 16 November 2010
Senin, 15 November 2010
CITA
KEIMANAN adalah senjata yang memperkuat kita, menjadikan kita tetap sabar dan tetap kokoh, serta menenangkan hati bahwa masa depan memang untuk Islam
Kita harus sabar dan melipatgandakan kesabaran hingga janji yang kemenangan dari Allah akan terwujud Insya Allah...
Kematian itu datangnya tiba-tiba, maka persiapan bertemu Allah harus dilakukan untuk menyongsong pengadilan di akhirat. Ikhlaskan niat dalam semua amal perbuatan dan jadikan ia sebagai bagian dari dakwah ilallah, ibadah kepada Allah, karena kita tidak di ciptakan kecuali untuk beribadah kepadaNya.
Setiap kali tahun lewat dan peristiwa silih berganti, keyakinan kita semakin bertambah akan jalan ini, untuk merealisasikan tujuan kita yang agung, jalan yang panjang dan melelahkan, namun tidak ada jalan lain selain Islam dan serasa semakin dekat dengan KEMENANGAN..
(Syekh Mustafa Masyhur)
Kita harus sabar dan melipatgandakan kesabaran hingga janji yang kemenangan dari Allah akan terwujud Insya Allah...
Kematian itu datangnya tiba-tiba, maka persiapan bertemu Allah harus dilakukan untuk menyongsong pengadilan di akhirat. Ikhlaskan niat dalam semua amal perbuatan dan jadikan ia sebagai bagian dari dakwah ilallah, ibadah kepada Allah, karena kita tidak di ciptakan kecuali untuk beribadah kepadaNya.
Setiap kali tahun lewat dan peristiwa silih berganti, keyakinan kita semakin bertambah akan jalan ini, untuk merealisasikan tujuan kita yang agung, jalan yang panjang dan melelahkan, namun tidak ada jalan lain selain Islam dan serasa semakin dekat dengan KEMENANGAN..
(Syekh Mustafa Masyhur)
Sang Inspirator
Pak Dirman… Senang saya menyebut beliau dengan sapaan Pak Dirman, sosok yang mulai ada dalam kamus kehidupan saya dan ternyata beliau pun orang yang saya pilih menjadi salah satu motivator dan inspirator dalam perjalanan hidup saya, saya mengenal beliau sewaktu saya duduk dibangku SD, sewaktu wajah beliau ada dalam cover buku pelajaran saya, PSPB (lupa apa kepanjangannya)
Tandu, benda yang mengingatkan saya pada beliau, seorang ksatria bertubuh ringkih yang pantang menyerah meskipun hidup hanya ditemani satu paru-paru (paru-parunya yang lain sudah tak berfungsi), kala sang dokter memintanya untuk berhenti bergerilya dan kembali ke kota, seorang ajudannya berkata :” jangankan saya, perintah presiden saja (agar beliau tinggal di kota untuk pemulihan) tidak ditanggapi”…
Duhai pahlawan…Sebegitu besarkah tekadmu untuk meraih cita-cita bangsa ini?
Sebegitu cintakah kau pada perjuangan ini?
Tidakkah kau merasakan sakit pada fisikmu?
Ada rasa ingin berjumpa beliau, ada keinginan berbincang dan bertukar fikiran dengan beliau, ada harap mendengar kisah perjuangan dari lisan beliau , tapi sinetron tentang beliau yang diperankan cucu beliau Ganang Priyambodo, cukuplah mengobati keinginan tersebut, karena keinginan dan harapan-harapan saya adalah hal yang sulit untuk terwujud, yah tak ingin tertinggal walau satu episode pun (lupa, SD atau SMP ya?)
Hari ini sebuah buku mengingatkan saya pada beliau, sehingga ingin saya memutar kembali memori tentang beliau dalam tulisan ini, yang begitu saya ingat tentang kisah beliau, sewaktu salah seorang pasukan meminta beliau mencari dana untuk membiayai peperangan dengan meminta pada rakyat, tapi apa kata beliau : “ tak seharusnya kita menambah beban rakyat dengan meminta mereka membiayai perang, pergilah kau ke Yogyakarta dan mintalah pada isteriku”…
Sang isteri menyambut utusan suaminya bertanya-tanya adakah sesuatu terjadi dengan suaminya, sang utusan menyampaikan titah panglima meminta perhiasan yang masih disimpan untuk membiayai perang, sang isteri pun tanpa ragu menyerahkan semua perhiasannya.
Subhanallah…
Wahai pahlawan…
Hijrah Rasulullah menjadi semangat bagimu, bahwa perjuangan ini tak akan pernah berhenti,seberapa berat dan besarnya tantangan yang kan dihadapi.
Tanggung jawabmu sebagai pejuang yang tak pernah surut, semoga akan terus terpatri dan menjadi inspirator bagi sukma ini.
Tandu, benda yang mengingatkan saya pada beliau, seorang ksatria bertubuh ringkih yang pantang menyerah meskipun hidup hanya ditemani satu paru-paru (paru-parunya yang lain sudah tak berfungsi), kala sang dokter memintanya untuk berhenti bergerilya dan kembali ke kota, seorang ajudannya berkata :” jangankan saya, perintah presiden saja (agar beliau tinggal di kota untuk pemulihan) tidak ditanggapi”…
Duhai pahlawan…Sebegitu besarkah tekadmu untuk meraih cita-cita bangsa ini?
Sebegitu cintakah kau pada perjuangan ini?
Tidakkah kau merasakan sakit pada fisikmu?
Ada rasa ingin berjumpa beliau, ada keinginan berbincang dan bertukar fikiran dengan beliau, ada harap mendengar kisah perjuangan dari lisan beliau , tapi sinetron tentang beliau yang diperankan cucu beliau Ganang Priyambodo, cukuplah mengobati keinginan tersebut, karena keinginan dan harapan-harapan saya adalah hal yang sulit untuk terwujud, yah tak ingin tertinggal walau satu episode pun (lupa, SD atau SMP ya?)
Hari ini sebuah buku mengingatkan saya pada beliau, sehingga ingin saya memutar kembali memori tentang beliau dalam tulisan ini, yang begitu saya ingat tentang kisah beliau, sewaktu salah seorang pasukan meminta beliau mencari dana untuk membiayai peperangan dengan meminta pada rakyat, tapi apa kata beliau : “ tak seharusnya kita menambah beban rakyat dengan meminta mereka membiayai perang, pergilah kau ke Yogyakarta dan mintalah pada isteriku”…
Sang isteri menyambut utusan suaminya bertanya-tanya adakah sesuatu terjadi dengan suaminya, sang utusan menyampaikan titah panglima meminta perhiasan yang masih disimpan untuk membiayai perang, sang isteri pun tanpa ragu menyerahkan semua perhiasannya.
Subhanallah…
Wahai pahlawan…
Hijrah Rasulullah menjadi semangat bagimu, bahwa perjuangan ini tak akan pernah berhenti,seberapa berat dan besarnya tantangan yang kan dihadapi.
Tanggung jawabmu sebagai pejuang yang tak pernah surut, semoga akan terus terpatri dan menjadi inspirator bagi sukma ini.
Sabtu, 13 November 2010
Akulah Sang Mantan
(Mas2 nidji pinjam judulnya lagunya ya), saya memang tidak update dengan lagu-lagu, tapi lagu ini kadang mampir ke telinga saya dari penguni kamar sebelah...
Mantan… Mmm…artinya pernah menjadi (yang saya fahami), sebagai manusia biasa pastinya banyak hal yang telah kita alami di usia kita yang sekarang ini, banyak sekali hal yang menyenangkan dan juga sebaliknya, hal-hal yang tak lepas juga dari diri kita, termasuk yang berbuah dari kekhilafan-kekhilafan yang pernah terjadi, baik terhadap Rabb kita, terhadap diri kita pun terhadap orang-orang di sekeliling kita.
Tidak terasa ya sebentar lagi kita akan memasuki tahun baru hijriah, sebuah harapan baru, sebuah resolusi kerap kali muncul di penghujung tahun, hasil evaluasi dari ‘rapor’ diri kita setahun lalu.
Rapor ternyata masih juga ‘berbunga-bunga’ alias banyak merahnya, pertanda banyak hal yang harus terus di perbaiki.
Ada satu tekad (pastinya kita semua ingin seperti itu) tidak mengulangi kesalaha-kesalahan dimasa lalu, menjadikan hal2 minus dan kesalahan tersebut menjadi ‘mantan’ kita, karena kita tak ingin lagi bersama kesalahan dan hal2 minus tersebut.
Yuk, kita ambil kertas lalu tulis apa saja yang akan kita ubah dalam diri kita, lalu pelajari dan buat cara mengatasinya, sehingga awal tahun (yang pasti untuk seterusnya) mari senandungka ‘AKULAH SANG MANTAN’…
Mantan dari kekhilafan-kekhilafan kita, mantan dari sifat dan sikap jelek kita, mantan dari segala kegagalan masa lalu dan mantan dari semua hal yang tidak menyenangkan, kita masuk menjadi sosok yang penuh harapa, cita dan semangat…
Allahu Akbar!
Ayo semangat di tahun baru !!!
Mantan… Mmm…artinya pernah menjadi (yang saya fahami), sebagai manusia biasa pastinya banyak hal yang telah kita alami di usia kita yang sekarang ini, banyak sekali hal yang menyenangkan dan juga sebaliknya, hal-hal yang tak lepas juga dari diri kita, termasuk yang berbuah dari kekhilafan-kekhilafan yang pernah terjadi, baik terhadap Rabb kita, terhadap diri kita pun terhadap orang-orang di sekeliling kita.
Tidak terasa ya sebentar lagi kita akan memasuki tahun baru hijriah, sebuah harapan baru, sebuah resolusi kerap kali muncul di penghujung tahun, hasil evaluasi dari ‘rapor’ diri kita setahun lalu.
Rapor ternyata masih juga ‘berbunga-bunga’ alias banyak merahnya, pertanda banyak hal yang harus terus di perbaiki.
Ada satu tekad (pastinya kita semua ingin seperti itu) tidak mengulangi kesalaha-kesalahan dimasa lalu, menjadikan hal2 minus dan kesalahan tersebut menjadi ‘mantan’ kita, karena kita tak ingin lagi bersama kesalahan dan hal2 minus tersebut.
Yuk, kita ambil kertas lalu tulis apa saja yang akan kita ubah dalam diri kita, lalu pelajari dan buat cara mengatasinya, sehingga awal tahun (yang pasti untuk seterusnya) mari senandungka ‘AKULAH SANG MANTAN’…
Mantan dari kekhilafan-kekhilafan kita, mantan dari sifat dan sikap jelek kita, mantan dari segala kegagalan masa lalu dan mantan dari semua hal yang tidak menyenangkan, kita masuk menjadi sosok yang penuh harapa, cita dan semangat…
Allahu Akbar!
Ayo semangat di tahun baru !!!
Jumat, 05 November 2010
SUARA SUKMA DALAM JEJAK KAFILAH
Suara Sukma I
Sekuat azzam ini terpatri
Semampu akal ini berfikir
Sebisa raga ini bergerak
Semerdu senandung ini terlantun
Seyakin hati ini berlabuh
Kusertakan asa dalam jejak kafilah
Tsabatkan ya Rabb..
Suara Sukma II
Dalam berbagai gerak hidup raga ini terpaku
aku rindu...
Dalam hiruk pikuk dunia sukma ini terasing
aku rindu...
Dalam kelebat fikir bergulir akal ini tersentak
aku rindu...
Kemenangan...
Syahid...
Perjumpaan...
Sampaikan ya Rahiim...
Jejak Kafilah I
Sekuat azzam ini terpatri
Semampu akal ini berfikir
Sebisa raga ini bergerak
Semerdu senandung ini terlantun
Seyakin hati ini berlabuh
Kusertakan asa dalam jejak kafilah
Tsabatkan ya Rabb..
Suara Sukma II
Dalam berbagai gerak hidup raga ini terpaku
aku rindu...
Dalam hiruk pikuk dunia sukma ini terasing
aku rindu...
Dalam kelebat fikir bergulir akal ini tersentak
aku rindu...
Kemenangan...
Syahid...
Perjumpaan...
Sampaikan ya Rahiim...
Jejak Kafilah I
Ada titian mendaki
Ada jalur menurun
Ada rute berkelok
Ada jalan berlubang
Ada arah beronak duri
Tak selalu datar...
Jejak Kafilah II
Ada titian benderang
Ada jalur berbunga
Ada rute bercahaya
Ada jalan berkilauan
Ada arah mewangi
Pada saatnya kan bergilir...
Langganan:
Postingan (Atom)