Bertahan dalam sebuah idealita dan prinsip memang
membutuhkan kesabaran, tak hanya kesabaran namun juga kekuatan dan kebesaran
hati.
Harapan akan hasil pertahanan prinsip dan impian kan
terwujud pada saatnya nanti. Perputaran waktu dalam binar dan gelombang hidup setia mendampingi perjalanan ini,
menanti akan sebuah janji sang maha benar.
Lintasan hatipun tertangkap oleh sang pemilik hati, lintasan
yang hanya sekelebat kemudian menghilang tertutupi aneka suara dan kesibukan
hati. Yang kemudian Dia munculkan
kembali setelah menghilang, lintasan hati yang ternyata adalah suratan
takdir-Nya di lauhul Mahfuzh..
Ia munculkan ketika manusia menyerahkan segala urusan dan
kehendaknya pada kehendak yang maha berkehendak, Dialah yang bergerak sesuai
kehendakNya, Dia pula yangmenggerakkan ‘alam untuk menjalankan kehendakNya,
hingga kehendakNya berjalan sesuai skenarioNya.
Dalam kerinduan itu pula ada kesabaran, kesabaran akan buah
yang manis, akan bunga yang indah pada tiba waktunya.
Kerinduan merupakan kesabaran menanti janjiNya yang maha
benar, meniti perjalanan ma’rifah akan sang pencipta, menambal retak dan belum
sempurnanya penghambaan diri, merajut amalan penjemput asa, terus
melipatgandakan keyakinan dalam bingkai tawakkal.
Celoteh-celoteh pendamping perjalanan menjadi untaian doa
akan mekarnya bunga kerinduan yang kemudian berbuah.
Kini masa-masa itu telah berlalu, menjadi kenangan akan
sebuah episode perjalanan, menjadi sejarah dalam sepenggal kisah kehidupan,
kenangan akan sebuah penantian angerahNya...
Dua anugerah terindah yang Dia hadirkan ke dunia ini dalam
keindahan Ramadhan...
Teruntuk dua Ramadhan tercintaku...
Syahril Ramadhan Lubis (3 Ramadhan 1404 H)
Wafa Haniya Qur’ana Lubis (25 Ramadhan 1433 H)